Minggu, 03 Oktober 2021

Modul 3.2.a.9 Koneksi Antar Materi


PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Program Guru Penggerak merupakan Program yang diluncurkan oleh Kemdikbud dan pelaksanaannya berada di bawah kontrol Direktorat Jenderal dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK). Program ini merupakan episode ke 5 dalam rangkaian kebijakan merdeka belajar, program ini bertujuan untuk menyiapkan para pemimpin pendidikan Indonesia di masa mendatang, yang mampu mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, proaktif dalam menggerakan guru lain untuk bergerak bersinergis dalam menciptakan pembelajaran yang berpihak kepada murid, mengimplementasikan pembelajaran yang berpihak kepada murid dan menjadi teladan bagi murid, serta menjadi agen perubahan ekosistem pendidikan guna terwujudnya profil pelajar pancasila. 

Berbicara mengenai ekosistem pendidikan tentunya tidak terlepas dari lembaga sekolah, dikarenakan sekolah merupakan ekosistem, sebab di dalam sekolah terdapat interaksi antara faktor biotik (unsur hidup) dengan faktor abiotik (unsur tak hidup).  Adapun yang termasuk faktor biotik dan faktor abiotik di sekolah adalah sebagai berikut

Faktor Biotik :
  1. Murid
  2. Kepala Sekolah
  3. Guru
  4. Tenaga Kependidikan
  5. Pengawas Sekolah
  6. Orangtua
  7. Masyarakat sekitar sekolah 
Faktor Abiotik, faktor ini berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di sekolah, yaitu 
  1. Keuangan
  2. Sarana dan Prasarana
Kedua faktor tersebut akan berinteraksi untuk menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dan untuk dapat mewujudkan hubungan yang selaras dan harmonis tersebut diperlukan pengelolaan yang baik terhadap unsur-unsur sebagai sumber daya sekolah. Dalam praktek pengelolaan sekolah ada dua pendekatan yang sering digunakan oleh seorang pemimpin saat mengembangkan komunitas sekolah, yang pertama yaitu pendekatan berbasis kekurangan/ masalah  (Deficit Based Thingking), kedua yaitu pendekatan berbasis aset (Asset Based Thinking). Kedua pendekatan ini  memiliki perbedaan yang mendasar.  Pendekatan berbasis kekurangan akan memusatkan perhatian seseorang kepada sesuatu yang menganggu, apa yang kurang dan apa yang tidak bekerja, pendekatan ini akan melihat bahwa segala sesuatu akan tampak negatif. Berbanding terbalik dengan Deficit Based Thinking,  Asset based Thinking (pendekatan berbasis aset) akan memusatkan perhatian pada hal-hal yang positif yakni apa yang bekerja, apa yang menjadi inspirasi dan juga apa yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang dimiliki suatu sekolah. Pendekatan berbasis aset  ini dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikolog yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri.


Untuk lebih jelasnya mengenai perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit Based Thinking) dengan pendekatan berbasis aset (Asset Based Thinking) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

                        (Green & Haines, 2010)


Dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya sekolah, sebaiknya sebagai pemimpin pembelajaran kita menekankan pada pendekatan berbasis aset, dimana selanjutnya pendekatan berbasis aset ini dikenal sebagai Asset Based Community Development (ABCD) atau PKBA (Pengembangan Komunitas Berbasis Aset). PKBA merupakan kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann  dimana keduanya adalah pendiri ABCD Institute di Northwestern University. ABCD dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman, 2010) 

Berikut beberapa poin penting dari Pengembangan Komunitas Berbasis Aset
  1. Pendekatan PKBA menekankan pada nilai, prinsip, serta cara berpikir mengenai dunia, sehingga komunitas dianggap sebagai pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan sebagai penerima bantuan. 
  2. Pendekatan PKBA berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas sehingga dengan demikian PKBA akan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun koneksi antar aset  sehingga memiliki daya guna yang lebih tinggi. 
  3. Pendekatan PKBA juga menekankan pada kemandirian komunitas untuk menyelesaikan setiap tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan atau potensi yang ada pada diri mereka sendiri sehingga hasil yang diharapkan akan berkelanjutan. 
Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau dsebut community-driven development. Menurut Green dan Haines dalam bukunya yang berjudul  Asset Building dan Community Development, ada 7 aset utama atau 7 modal utama, yaitu :
  1. Modal Manusia
  2. Modal Sosial
  3. Modal Fisik
  4. Modal Lingkungan/Alam
  5. Modal Finansial
  6. Modal politik
  7. Modal Agama dan Budaya
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pemimpin dalam pengelolaan sumber daya harus dibekali kemampuan mengelola serta memanfaatkan aset-aset yang dimiliki oleh sekolahnya dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak kepada murid serta mencapai peningkatan mutu pendidikan di sekolah tersebut. 

Kaitan dengan Modul  Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara

Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan adalah suatu proses menuntun terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia atau sebagai anggota masyarakat. Seorang pemimpin harus mampu mengelola salah satu aset yang dimiliki sekolah yaitu guru dan murid (modal manusia). Pemimpin harus memastikan bahwa setiap guru mengimplementasikan pembelajaran yang berpihak kepada murid sehingga setiap murid tergali potensinya dan dapat berkembang sesuai kodratnya baik itu kodrat alam maupun kodrat jaman. Dengan demikian murid dapat memaksimalkan minat, bakat, dan potensinya itu sebagai bekal untuk menjalani kehidupan di masa depan. 

Kaitan dengan Modul Nilai dan Peran Guru Pengerak

Seorang pemimpin harus dapat memastikan bahwa guru (modal manusia) harus mengimplementasikan nilai dan peran guru penggerak dalam kesehariannya. Adapun nilai-nilai  yang harus diimplementasikan mencakup nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak kepada murid, sedangkan peran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran yakni guru dapat menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong wellbeing ekosistem pendidikan sekolah, melakukan kolaborasi serta dapat mewujudkan kepemimpinan murid. Dengan memastikan setiap guru menjalankan nilai dan peran tersebut diharpkan dapat terwujudnya murid yang memiliki profil pelajar pancasila yang mencakup 6 dimensi yakni dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, berkebhinekaan global, bergotong royong serta kreatif. 


Kaitan dengan Modul Visi Guru Penggerak dan Budaya Positif

Materi pada modul 3.2. Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, tidak terlepas dengan materi pada modul 1.3 tentang Visi Guru Penggerak serta modul 1.4 Budaya Positif. Seorang pemimpin harus mampu menyusun visi dan misi yang jelas, terarah, dan berpihak kepada  murid.  Melalui pendekatan  inkuiri apresiatif dengan tahapan BAGJA seorang pemimpin akan dapat melakukan perubahan di sekolah yang berbasis sumber daya dengan cara menggerakan warga sekolah untuk melakukan perubahan positif. Perubahan positif yang dilaksanakan secara konsisten dapat melahirkan budaya positif di lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar. 

Kaitan dengan Modul Pembelajaran Berdiferensiasi, PSE dan Coaching

Dalam mengelola sumber daya sekolah pemimpin harus dapat memastikan bahwa setiap pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah merupakan pembelajaran diferensiasi dimana pembelajaran ini berpihak kepada murid, yang memperhatikan kebutuhan setiap murid karena kebutuhan setiap murid adalah tidak sama. Dengan demikian pembelajaran yang diterima oleh setiap murid adalah pembelajaran yang bermakna. Potensi dan kekuatan murid sebagai modal manusia dapat dikembangkan pula oleh guru (pemimpin pembelajaran) dengan memperhatikan sisi sosial emosional masing-masing murid, sehingga ketika murid mengalami permasalahan maka guru dapat  membantu memecahkan masalah yang dihadapi murid bukan dengan memberikan solusi tetapi dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki murid melalui proses coaching.

Kaitan dengan Modul Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Modul 3.2 tentang Pemimpin sebagai Pengelola Sumber  Daya memiliki keterkaitan erat dengan modul 3.1. tentang Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran, hal ini dikarenakan dalam mengelola sumber daya sekolah seorang pemimpin juga harus dapat menggambil sebuah keputusan yang sebaik-baiknya dengan mempertimbangkan setiap 7 aset sekolah serta langkah-langkah pengambilan keputusan yang tepat. Sehingga dengan demikian keputusan yang diambil adalah keputusan terbaik

Demikianlah tugas modul 3.2.a.9 tentang Koneksi Antar Materi yang dapat admin bagikan. 
Semoga Bermanfaat. Terimakasih

Salam  Merdeka Belajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar