3.3.a.
10. AKSI NYATA
PGP-ANGKATAN 2-KABUPATEN
CIANJUR-PRILIA IMANUELIANTI
Laporan aksi nyata modul 3.1 saya buat dengan menggunakan model 4F.
A. Latar Belakang
Saat ini isu perubahan iklim telah menjadi
isu global, perubahan iklim ini tidak terlepas dari aktivitas manusia, dimana
menurut penelitian aktivitas manusia memberikan sumbangsih besar bagi peningkatan efek rumah kaca yang memicu
terjadinya global warming dan perubahan iklim secara global. Pada tahun 2015 , semua negara anggota PPB
mengadopsi agenda 2030 untuk pembangunan berkelanjutan yang dikenal juga dengan
program SDGs (Sustainable Development Goals), salah satu agenda adalah aksi untuk memerangi perubahan iklim
dan memperjuangkan keadilan lingkungan secara global (tujuan no 13).
Dalam rangka memerangi perubahan iklim
global dan memperjuangkan keadilan lingkungan penting untuk kita melaksanakan
gaya hidup berkelanjutan, yang mana pada prinsipnya gaya hidup berkelanjutan
adalah menjalankan hidup dengan kesadaran dan berpikir dalam jangka panjang.
Dan salah satunya aksi program gaya
hidup berkelanjutan adalah dengan pembuatan kompos, mengolah limbah anorganik,
serta merawat tanaman untuk menanamkan dan menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya gaya hidup
berkelanjutan.
Berdasarkan hal tersebut sekolah sebagai pemimpin
pembelajaran menyusun rancangan program yang berdampak pada murid dengan memanfaatkan modal/aset sumber daya sekolah yang
dimiliki, program ini diberi nama GMS (Green My School), program ini juga memiliki keterkaitan
erat dengan Proyek profil Pelajar Pancasila tema 1 Program Sekolah Penggerak
SMP S Pusaka Ciranjang.
B.
Alasan
melakukan Aksi Nyata
Dari program GMS (Green My School) ini ada beberapa
tujuan yang ingin dicapai yakni memerangi perubahan iklim global, membangun
dimensi profil pelajar pancasila sub elemen akhlak kepada alam, membangun
karakter cinta tanaman dan lingkungan, menumbuhkan sikap tanggung jawab
terhadap lingkungan, mengoptimalkan
potensi/aset yang dimiliki sekolah, serta menciptakan lingkungan belajar yang
nyaman dan asri. Tujuan ini menjadi alasan mengapa aksi nyata GMS perlu
dilaksanakan.
C.
Hasil
Aksi Nyata
Peristwa (Fact)
Adapun beberapa fakta yang dapat saya kumpulkan untuk aksinyata yang telah dilakukan adalah pertama tentang bagaimana kondisi lingkungan sekolah kami beberapa waktu lalu, dimana kondisi lingkungan sekolah tampak tidak asri, hal ini disebabkan keterbatasan modal finnasial dan modal fsik (lahan) sekolah yang tidak memungkinkan untuk melakukan penghijauan. Namun setelah saya mempelajari materi paket modul 3 terlebih modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, saya menyadari bahwa keterbatasan bukanlah hambatan, sebagai pemimpin pembelajaran saya harus dapat mengoptimalkan potensi-potensi yang ada. Berikut bukti foto lingkungan sekolah yang diambil beberapa waktu lalu.
Mengingat latar belakang , tujuan
dari program yang telah disusun dan kondisi lingkungan maka saya mulai
menjalankan aksinyata dengan melalui beberapa tahapan tahap pertama yaitu menjalankan
rancangan yang telah dibuat pada rancangan aksi nyata pada tahap BAGJA opsi
jabarkan rencana, pada tahap ini saya merancang pembentukan tim fasilitasi, pemetaan
aset, dan pembuatan SOP. Berikut hasilnya :
Kemudian tahap kedua menjalankan SOP
yang telah dibuat, dimulai dari :
Koordinasi
dengan Stakeholder Sekolah
Stakeholder sekolah yang dimaksud
adalah Kepala Sekolah, Guru, serta Yayasan tentang penyampaian program GMS,
dari penyampaian program ini saya mendapatkan dukungan dari Kepala Sekolah,
Guru, serta Yayasan untuk melaksanakan aksi nyata, dukungan berupa dukungan
moril, dukungan finansial, juga keterlibatan aktif KS, Yayasan, Guru serta
Penjaga Sekolah dalam membantu menjalankan aksinyata. Pada kesempatan ini saya
juga meminta ijin pimpinan untuk mengkoneksikan proyek profil pelajar pancasila
PSP tema 1 dengan program GMS. Berikut beberapa bukti foto pembahasan program aksi
nyata GMS.
Penyampaian
Program Kepada Siswa
Pada tahap ini guru menyampaikan
tujuan belajar yang akan dilaksanakan, sasaran program adalah murid-murid kelas
7 serta murid kelas 9. Adapun alasan memilih kedua kelas tersebut adalah bahwa
kelas 7 sebelumnya telah melaksanakan proyek pembuatan pupuk kompos, dan pupuk
kompos tersebut akan digunakan untuk menyuburkan tanah yang akan ditanami
tanaman, sedangkan bagi siswa kelas 9 program ini berkaitan dengan materi
tentang perkembangbiakan tanaman yang tengah dipelajari saat ini. Berikut
adalah bukti foto kegiatan penyampaian tujuan pembelajaran :
Pengolahan
Kompos
Pengolahan kompos telah dilaksanakan
sebelumnya oleh siswa kelas 7 pada
proyek Profil Pelajar Pancasila tema 1 Program Sekolah Penggerak, pada proyek
ini saya berperan sebagai koordinator, perencana proyek dan fasilitator proyek,
oleh karena itu proyek ini saya koneksikan dengan program GMS yang saya buat.
Adapun pembuatan kompos dilaksanakan di sekolah dengan melibatkan peran serta
guru. Berikut beberapa bukti foto kegiatan pengolahan kompos.
Pengolahan
Sampah Anorganik
Kegiatan dilaksanakan oleh siswa
kelas 9, pada kegiatan ini siswa bekerja mandiri membuat pot bunga karakter
dari bahan sampah botol plastik, sebelum kegiatan saya menyampaikan alasan
penting dan manfaat pengolahan sampah anorganik. Berikut beberapa bukti foto
kegiatan siswa dalam pengolahan sampah botol plastik menjadi pot bunga yang
cantik.
Pembelian
Bibit Tanaman
Untuk menambah jumlah tanaman yang
akan digunakan untuk program GMS maka, sekolah dalam hal ini Kepala sekolah dan
Yayasan memberikan dukungan finansial berupa pengadaan bibit tanaman yang sudah
jadi, pengadaan bibit tanaman diperoleh dengan cara membeli 3 jenis tanaman di
area Cipetir Kecamatan Haurwangi. Pembelian dilakukan oleh CGP dan dibantu
seorang rekan kerja. Adapun 3 jeni tanaman yang disepakati untuk dibeli adalah
tanaman hias bunga iris (Iris
pseudacorus), tanaman pandan kuning (Pandanus
pygmaeus), dan tanaman pisang-pisangan (Heliconia
psittacorum).Berikut adalah bukti pengadaan 3 jenis bibit tanaman yang akan
ditanam.
Penaburan
Kompos
Setelah beberapa minggu kompos yang
telah dibuat sebelumnya oleh kelas 7 maka, setelah dilihat hasil maka
diputuskan tiba waktunya untuk menaburkan kompos pada lahan yang akan ditanami
tanaman hias, dan juga pada beberapa pot bunga. Penaburan kompos secara gotong
royong dilakukan oleh kelas 9 di area gerbang sekolah. Berikut beberapa bukti
kegiatan penaburan kompos
Penanaman
Tanaman Tahap 1
Penanaman tanaman tahap 1 adalah
penanaman tanaman pada pot bunga cantik yang telah mereka buat sendiri, adapun
jenis tanamannya bebas, siswa boleh memilih sendiri jenis tanaman yang akan
mereka tanam, berdasarkan hasil diskusi kelas mereka sepakat bahwa tanaman yang
akan ditanam adalah tanaman keladi (Caladium
sp). Adapun pertimbangan mereka dalam memilih tanaman tersebut, yang
pertama adalah dikarenakan pot yang mereka buat adalah dari botol bekas
sehingga pot tersebut kecil maka tanaman yang harus ditanam pun harus tanaman
yang batangnya kecil, pertimbangan kedua mereka berpikir untuk memilih tanaman
yang mudah ditemukan dan sedang viral. Berdasarkan pertimbangan tersebut
pilihan dijatuhkan pada tanaman dari genus
Caladium (tanaman keladi/talas-talasan). Proses penanaman dilakukan di
rumah masing-masing. Agar tanaman yang mereka tanam dapat tumbuh dengan baik,
maka peran serta orangtua dalam memastikan tanah yang mereka pilih dan akar terbawa saat
menanam sangatlah diperlukan. Berikut adalah beberapa sampel foto kegiatan
penanaman tanaman yang melibatkan peran serta orangtua.
Penanaman
Tanaman Tahap 2
Penanaman tahap 2 dilakukan di
sekolah, oleh siswa , penanaman dilakukan di area gerbang sekolah terlebih
dahulu. Penanaman dilakukan 3 hari setelah penaburan kompos, tanaman yang akan
ditanam adalah tanaman iris dan pandan kuning. Sebelum menanam siswa melakukan
perataan tanah terlebih dahulu untuk memastikan kompos yang ditabur telah
merata disemua area. Berikut beberapa bukti foto kegiatan penanaman tanaman
tahap 2.
Selain siswa yang menanam beberapa
warga sekolah juga terlibat aktif dalam kegiatan GMS ini.
Feeling
(Perasaan)
Saat mendapatkan tugas aksi nyata berdasarkan demonstrasi
kontekstual yang telah saya buat sebelumnya saya mulai merasakan kebimbangan,
dapatkah saya melakukan perubahan dalam skala besar, saya tidak percaya dengan
kemampuan diri sendiri, rasanya
perubahan kecil saja sulit untuk saya lakukan. Namun saya berpikir kembali jika
saya fokus kepada kekurangan maka tidak akan ada pergerakan, tidak ada
pergerakan sama dengan tidak ada perubahan. Lalu saya meyakinkan diri saya dan
mulai mengambil suatu keputusan, saya
mulai menjalankan rancangan yang telah dibuat dengan menggunakan model BAGJA
khususnya pada tahap jabarkan rencana,
dimana saya memulainya dengan berkoordinasi kepada kepala sekolah dan yayasan.
Di awal saya menyampaikan niat, saya merasakan bahwa
saya ragu untuk menyampaikannya, akankah mereka mendukung program yang saya
sampaikan. Setelah disampaikan apa yang saya kuatirkan tidak terjadi, ternyata
pimpinan saya baik KS maupun Yayasan memberikan dukungan penuh, bahkan yayasan
akan mendukung program penghijauan dengan melakukan banyak perubahan modal
fisik ke depan nanti. Merasa mendapatkan angin segar, kepercayaan diri dan
optimisme mulai muncul, secara bertahap SOP yang saya buat saya jalankan satu
persatu, dengan melobi guru yang siap membantu akhirnya program GMS boleh
terlaksana.
Finding
(Pembelajaran)
Pembelajaran yang diperoleh dari kegiatan aksi nyata ini
adalah bahwa dalam membuat dan melaksanakan program harus dirancang dengan
sebaik mungkin, program yang di rancang dengan detail, dengan melalui semua
tahapan, dapat memperkecil kemungkinan resiko yang terjadi, Dalam menjalankan
program kita juga harus percaya diri dan optimis bahwa perubahan dapat terjadi
melalui pergerakan. Menjalin komunikasi yang efektif saat berkoordinasi menjadi
kunci penting dalam membangun kolaborasi. Program yang berdampak pada murid
tanpa terjalinnya kolaborasi adalah suatu hal yang sia-sia. Kolaborasi perlu
dibangun baik diantara perencana program, pelaksana, dan penanggung jawab. Banyak
hal yang tidak terduga saat anak berkolaborasi, ide-ide baru yang tidak
terpikirkan sangat memungkinkan datang dari murid-murid.
Future
(Penerapan ke depan)
Setelah berkoordinasi dengan KS dan Yayasan program ini ke depan akan tetap berlanjut, dimana penghijauan akan tetap dilakukan dan tidak akan terhenti sampai di sini, pimpinan (KS dan Yayasan) siap berkolaborasi melakukan perubahan secara bertahap demi kebaikan sekolah, hal ini bukan hanya disebabkan demi kelancaran program CGP namun juga berkaitan dengan PSP. Semoga ke depannya saya bisa merancang program yang berdampak pada murid degan lebih baik lagi yang dapat menjangkau/melibatkan banyak stakeholder, sehingga program tidak hanya berdampak bagi sekolah namun juga masyarakat luas. Dengan demikian tujuan pendidikan yang sesuai filosopi Ki Hadjar Dewantara dapat tercapai.
Keren Bu prili, semangat untuk melibatkan murid mewujudkan sekolah hijau sebagai wujud cinta lingkungan
BalasHapus