Selasa, 27 April 2021

KESIMPULAN DAN REFLEKSI PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA

        Pada kesempatan ini saya ingin berbagi tentang Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang Pendidikan. Kesimpulan dan Refleksi ini saya dapatkan setelah mengikuti kegiatan pendidikan guru penggerak modul 1.1 yang dimulai pada tanggal 13 April 2021 lalu. Ada banyak hal yang saya dapat di antaranya sebagai berikut.


Asas Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara. 

    Menurut Ki Hadjar Dewantara Pendidikan dan Pengajaran merupakan dua hal yang berbeda. Pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari pendidikan, pengajaran adalah sebuah proses, yakni proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan pendidikan (opvoeding) adalah tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut Ki Hadjar Dewantara (2009) pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya. 

    Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara juga merupakan tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat, jadi dengan demikian pendidikan adalah pondasi dasar untuk membangun suatu kebudayaan atau peradaban atau dengan kata lain untuk menghasilkan insan-insan yang berbudaya atau beradab pendidikan adalah kunci utamanya. Pendidikan menjadi tempat utama untuk  berlatih dan menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan yang harus diteruskan dan diwariskan dari generasi kegenerasi.

Dasar Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara

  • Tuntunan  

         Berdasarkan pemaparan pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara tujuan pendidikan adalah menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya). Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak Ki Hadjar Dewantara mengianalogikan pendidik sebagai seorang petani atau tukang kebun dan anak-anak adalah benihnya. Petani yang baik akan menanam benihnya di tempat yang tepat dan diberi perawatan yang baik. Dengan tangan dingin petani benih itu akan tumbuh dengan baik sekalipun itu bukan benih yang baik.  Dan begitu pun sebaliknya jikalau benih itu merupakan benih berkualitas unggul tetapi jika tidak ditanam di tempat yang tepat dengan perawatan yang maksimal maka benih itu akan tumbuh dengan tidak optimal. Dari analogi tersebut kita pendidik diingatkan bahwa pendidik hanya menuntun anak-anak mencapai kekuatan kodratnya tanpa mengubah kodratnya, dengan tuntunan yang tepat kita akan menjadikan anak-anak bertumbuh secara optimal dalam membangun peradabannya.

        Dalam menuntun anak untuk mencapai kekuatan kodratnya anak diberikan kebebasan, namun demikian kebebasan yang diberikan tidak boleh dilepas begitu saja oleh pendidik. Pendidik harus tetap memberikan arahan kepada anak agar anak-anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. seorang pendidik dapat memberikan tuntunan kepada anak untuk menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Dalam menuntun anak-anak pendidik harus tetap terbuka dan waspada terhadap perubahan-perubahan yang ada

  • Kodrat Alam dan Zaman 

        Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa pendidikan itu berkaitan dengan kekuatan kodrat alam (sifat dan bentuk lingkungan tempat anak berada) dan kodrat jaman (isi dan irama) dan pendidik harus mendidik anak  dengan cara yang sesuai dengan dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Dengan demikian dalam mendidik anak seiring perkembangan zaman pendidik harus tetap menuntun anak pada nilai-nilai kemanusiaan. 

  • Budi Pekerti 

            Menurut Ki Hadjar Dewantara Budi Pekerti atau Karakter adalah perpaduan  antara gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menghasilkan tenaga. Budi Pekerti juga diartikan sebagai perpaduan antara cipta (kognitif) dan karsa (afektif) sehingga menciptakan karya (psikomotorik) . Tempat utama dan terbaik untuk membangun pendidikan budi pekerti adalah keluarga.

  • Bermain

         Dalam mendidik anak-anak Ki Hadjar Dewantara menerapkan metode kaki Among Nini Among atau dikenal juga dengan metode Among  Siswa. Metode pendidikan ini adalah metode permainan yang dijadikan sebagai alat pendidikan. 

  • Pendidikan Berpihak pada Anak 

         Pendidikan harus berpihak kepada anak, menghargai keberagaman dan keunikan masing-masing anak, bebas dari ikatan, dan dengan hati suci menuntun anak untuk menemukan kemerdekaan belajar

      Setelah saya mempelajari pemikiran-pemikiran pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara di atas saya pun bertanya kepada diri saya sendiri sudahkah anak-anak didik saya merdeka belajar? Apa yang saya percaya tentang anak didik saya sebelum mempelajari pemikiran Ki Hadjar Dewantara? dan apa yang berubah  setelah mempelajari modul ini?

       Sebelum saya mempelajari dasar pendidikan ini, saya mempercayai filosofi tabula rasa yang dikemukakan oleh John Locke bahwa anak- anak adalah ibarat kertas putih kosong, dan saya memiliki kebebasan untuk mengisinya dengan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya sesuai tuntutan kurikulum, tanpa memperhatikan apakah yang saya tuliskan di kertas kosong itu sudah bermakna bagi anak tersebut, Seringkali dalam pembelajaran saya menerapkan metode dan strategi pembelajaran yang menurut saya bagus sesuai tuntutan, tanpa memikirkan apakah strategi yang saya terapkan itu sudah memfasilitasi kemerdekaan belajar anak. Saya pun mengabaikan kesepakatan kelas, yang pada akhirnya berujung pada hukuman yang tidak jelas pada saat siswa melakukan hal yang dianggap suatu pelanggaran saat pembelajaran berlangsung. 

        Namun setelah mempelajari dasar pemikiran pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara ternyata saya menyadari bahwa anak bukanlah kertas putih kosong yang dapat kita isi sesuai dengan kehendak dan ego kita, melainkan kertas putih yang telah terisi tulisan buram di dalamnya, tugas saya sebagai pendidik adalah menebalkan tulisan-tulisan itu agar menjadi semakin jelas. Tulisan yang mengarah ke hal-hal positif harus diperjelas, sedangkan hal-hal yang mungkin negatif dibiarkan tetap buram bahkan jikalau memungkinkan sebaiknya dihilangkan. Hal ini berarti, bahwa guru sebagai pendidik harus memunculkan segala potensi bakat dan minat yang ada pada diri anak sebagai kekuatan kodratnya yang diberikan sejak lahir. Kita harus menuntun anak sesuai kodrat alam dan zamannya sejak lahir bukan mengubahnya. Selain itu berdasarkan konsep pendidikan menurut  Ki Hajdar Dewantara kita dalam mendidik harus memandang pada keberagaman dan keunikan dari masing-masing anak didik, melaksanakan pembelajaran yang berpihak kepada anak sehingga anak menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Kesepakatan kelas menjadi satu bagian penting dalam upaya melaksanakan pendidikan yang memerdekakan. 

        Adapun proses pembelajaran dan suasana kelas yang mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara secara konkret yang telah saya terapkan baru terbatas pada kebebasan dalam menentukan pengerjaan tugas yang sesuai dengan potensi masing-masing siswa, namun itu pun belum  konsisten, ke depannya  hal yang dapat saya terapkan dengan lebih baik di kelas, dimulai dari tahap awal, yaitu membuat rancangan assesment diagnostik awal untuk membuat pemetaan akan potensi siswa. Yang kedua akan membuat perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan hasil asessment yang diberikan, Yang ketiga akan melaksanakan pembelajaran sesuai rancangan. Keempat memberikan variasi asessment yang sesuai dengan potensi siswa, dan tidak lupa membuat kesepakatan kelas dan rancangan permainan dalam pembelajaran. 

        

Demikian Kesimpulan dan Refleksi yang dapat saya bagikan. 

Salam Merdeka Belajar



Tidak ada komentar:

Posting Komentar