Rabu, 03 November 2021

MODUL 3.3.a.10 AKSI NYATA

 


3.3.a. 10. AKSI NYATA

PGP-ANGKATAN 2-KABUPATEN CIANJUR-PRILIA IMANUELIANTI

Laporan aksi nyata modul 3.1 saya buat dengan menggunakan model 4F.

A.    Latar Belakang

Saat ini isu perubahan iklim telah menjadi isu global, perubahan iklim ini tidak terlepas dari aktivitas manusia, dimana menurut penelitian aktivitas manusia memberikan sumbangsih besar bagi  peningkatan efek rumah kaca yang memicu terjadinya global warming dan perubahan iklim secara global.  Pada tahun 2015 , semua negara anggota PPB mengadopsi agenda 2030 untuk pembangunan berkelanjutan yang dikenal juga dengan program SDGs (Sustainable Development Goals), salah satu agenda  adalah aksi untuk memerangi perubahan iklim dan memperjuangkan keadilan lingkungan secara global (tujuan no 13).

Dalam rangka memerangi perubahan iklim global dan memperjuangkan keadilan lingkungan penting untuk kita melaksanakan gaya hidup berkelanjutan, yang mana pada prinsipnya gaya hidup berkelanjutan adalah menjalankan hidup dengan kesadaran dan berpikir dalam jangka panjang. Dan salah satunya  aksi program gaya hidup berkelanjutan adalah dengan pembuatan kompos, mengolah limbah anorganik, serta merawat tanaman untuk menanamkan dan menumbuhkan  kesadaran tentang pentingnya gaya hidup berkelanjutan.

Berdasarkan hal tersebut sekolah sebagai pemimpin pembelajaran menyusun rancangan program yang berdampak pada murid dengan memanfaatkan   modal/aset sumber daya sekolah yang dimiliki, program ini diberi nama GMS (Green My School), program ini juga memiliki keterkaitan erat dengan Proyek profil Pelajar Pancasila tema 1 Program Sekolah Penggerak SMP S Pusaka Ciranjang.

 

B.     Alasan melakukan Aksi Nyata

Dari program GMS (Green My School) ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai yakni memerangi perubahan iklim global, membangun dimensi profil pelajar pancasila sub elemen akhlak kepada alam, membangun karakter cinta tanaman dan lingkungan, menumbuhkan sikap tanggung jawab terhadap lingkungan,  mengoptimalkan potensi/aset yang dimiliki sekolah, serta menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan asri. Tujuan ini menjadi alasan mengapa aksi nyata GMS perlu dilaksanakan.

 

C.    Hasil Aksi Nyata

Peristwa (Fact)

Adapun beberapa fakta yang dapat saya kumpulkan untuk aksinyata yang telah dilakukan adalah pertama tentang bagaimana kondisi lingkungan sekolah kami beberapa waktu lalu, dimana kondisi lingkungan sekolah tampak tidak asri, hal ini disebabkan keterbatasan modal finnasial dan modal fsik (lahan)  sekolah yang tidak memungkinkan untuk  melakukan penghijauan. Namun setelah saya mempelajari materi paket modul 3 terlebih modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, saya menyadari bahwa keterbatasan bukanlah hambatan, sebagai pemimpin pembelajaran saya harus dapat mengoptimalkan potensi-potensi yang ada. Berikut bukti foto lingkungan sekolah yang diambil beberapa waktu lalu.


Mengingat latar belakang , tujuan dari program yang telah disusun dan kondisi lingkungan maka saya mulai menjalankan aksinyata dengan melalui beberapa tahapan tahap pertama yaitu menjalankan rancangan yang telah dibuat pada rancangan aksi nyata pada tahap BAGJA opsi jabarkan rencana, pada tahap ini saya merancang pembentukan tim fasilitasi, pemetaan aset, dan pembuatan SOP. Berikut hasilnya :

 


Kemudian tahap kedua menjalankan SOP yang telah dibuat, dimulai dari :

Koordinasi dengan Stakeholder Sekolah

Stakeholder sekolah yang dimaksud adalah Kepala Sekolah, Guru, serta Yayasan tentang penyampaian program GMS, dari penyampaian program ini saya mendapatkan dukungan dari Kepala Sekolah, Guru, serta Yayasan untuk melaksanakan aksi nyata, dukungan berupa dukungan moril, dukungan finansial, juga keterlibatan aktif KS, Yayasan, Guru serta Penjaga Sekolah dalam membantu menjalankan aksinyata. Pada kesempatan ini saya juga meminta ijin pimpinan untuk mengkoneksikan proyek profil pelajar pancasila PSP tema 1 dengan program GMS. Berikut beberapa bukti foto pembahasan program aksi nyata GMS.



Penyampaian Program Kepada Siswa

Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan belajar yang akan dilaksanakan, sasaran program adalah murid-murid kelas 7 serta murid kelas 9. Adapun alasan memilih kedua kelas tersebut adalah bahwa kelas 7 sebelumnya telah melaksanakan proyek pembuatan pupuk kompos, dan pupuk kompos tersebut akan digunakan untuk menyuburkan tanah yang akan ditanami tanaman, sedangkan bagi siswa kelas 9 program ini berkaitan dengan materi tentang perkembangbiakan tanaman yang tengah dipelajari saat ini. Berikut adalah bukti foto kegiatan penyampaian tujuan pembelajaran :



Pengolahan Kompos

Pengolahan kompos telah dilaksanakan sebelumnya  oleh siswa kelas 7 pada proyek Profil Pelajar Pancasila tema 1 Program Sekolah Penggerak, pada proyek ini saya berperan sebagai koordinator, perencana proyek dan fasilitator proyek, oleh karena itu proyek ini saya koneksikan dengan program GMS yang saya buat. Adapun pembuatan kompos dilaksanakan di sekolah dengan melibatkan peran serta guru. Berikut beberapa bukti foto kegiatan pengolahan kompos.



 

Pengolahan Sampah Anorganik

Kegiatan dilaksanakan oleh siswa kelas 9, pada kegiatan ini siswa bekerja mandiri membuat pot bunga karakter dari bahan sampah botol plastik, sebelum kegiatan saya menyampaikan alasan penting dan manfaat pengolahan sampah anorganik. Berikut beberapa bukti foto kegiatan siswa dalam pengolahan sampah botol plastik menjadi pot bunga yang cantik.



Pembelian Bibit Tanaman

Untuk menambah jumlah tanaman yang akan digunakan untuk program GMS maka, sekolah dalam hal ini Kepala sekolah dan Yayasan memberikan dukungan finansial berupa pengadaan bibit tanaman yang sudah jadi, pengadaan bibit tanaman diperoleh dengan cara membeli 3 jenis tanaman di area Cipetir Kecamatan Haurwangi. Pembelian dilakukan oleh CGP dan dibantu seorang rekan kerja. Adapun 3 jeni tanaman yang disepakati untuk dibeli adalah tanaman hias bunga iris (Iris pseudacorus), tanaman pandan kuning (Pandanus pygmaeus), dan tanaman pisang-pisangan (Heliconia psittacorum).Berikut adalah bukti pengadaan 3 jenis bibit tanaman yang akan ditanam.



Penaburan Kompos

Setelah beberapa minggu kompos yang telah dibuat sebelumnya oleh kelas 7 maka, setelah dilihat hasil maka diputuskan tiba waktunya untuk menaburkan kompos pada lahan yang akan ditanami tanaman hias, dan juga pada beberapa pot bunga. Penaburan kompos secara gotong royong dilakukan oleh kelas 9 di area gerbang sekolah. Berikut beberapa bukti kegiatan penaburan kompos



Penanaman Tanaman Tahap 1

Penanaman tanaman tahap 1 adalah penanaman tanaman pada pot bunga cantik yang telah mereka buat sendiri, adapun jenis tanamannya bebas, siswa boleh memilih sendiri jenis tanaman yang akan mereka tanam, berdasarkan hasil diskusi kelas mereka sepakat bahwa tanaman yang akan ditanam adalah tanaman keladi (Caladium sp). Adapun pertimbangan mereka dalam memilih tanaman tersebut, yang pertama adalah dikarenakan pot yang mereka buat adalah dari botol bekas sehingga pot tersebut kecil maka tanaman yang harus ditanam pun harus tanaman yang batangnya kecil, pertimbangan kedua mereka berpikir untuk memilih tanaman yang mudah ditemukan dan sedang viral. Berdasarkan pertimbangan tersebut pilihan dijatuhkan pada tanaman dari genus Caladium (tanaman keladi/talas-talasan). Proses penanaman dilakukan di rumah masing-masing. Agar tanaman yang mereka tanam dapat tumbuh dengan baik, maka peran serta orangtua dalam memastikan  tanah yang mereka pilih dan akar terbawa saat menanam sangatlah diperlukan. Berikut adalah beberapa sampel foto kegiatan penanaman tanaman yang melibatkan peran serta orangtua.

 



 

Penanaman Tanaman Tahap 2

Penanaman tahap 2 dilakukan di sekolah, oleh siswa , penanaman dilakukan di area gerbang sekolah terlebih dahulu. Penanaman dilakukan 3 hari setelah penaburan kompos, tanaman yang akan ditanam adalah tanaman iris dan pandan kuning. Sebelum menanam siswa melakukan perataan tanah terlebih dahulu untuk memastikan kompos yang ditabur telah merata disemua area. Berikut beberapa bukti foto kegiatan penanaman tanaman tahap 2.



 

 

Selain siswa yang menanam beberapa warga sekolah juga terlibat aktif dalam kegiatan GMS ini.



 

Feeling (Perasaan)

Saat mendapatkan tugas aksi nyata berdasarkan demonstrasi kontekstual yang telah saya buat sebelumnya saya mulai merasakan kebimbangan, dapatkah saya melakukan perubahan dalam skala besar, saya tidak percaya dengan kemampuan diri sendiri,  rasanya perubahan kecil saja sulit untuk saya lakukan. Namun saya berpikir kembali jika saya fokus kepada kekurangan   maka tidak akan ada pergerakan, tidak ada pergerakan sama dengan tidak ada perubahan. Lalu saya meyakinkan diri saya dan mulai mengambil suatu keputusan,  saya mulai menjalankan rancangan yang telah dibuat dengan menggunakan model BAGJA khususnya pada tahap jabarkan rencana, dimana saya memulainya dengan berkoordinasi kepada kepala sekolah dan yayasan.

Di awal saya menyampaikan niat, saya merasakan bahwa saya ragu untuk menyampaikannya, akankah mereka mendukung program yang saya sampaikan. Setelah disampaikan apa yang saya kuatirkan tidak terjadi, ternyata pimpinan saya baik KS maupun Yayasan memberikan dukungan penuh, bahkan yayasan akan mendukung program penghijauan dengan melakukan banyak perubahan modal fisik ke depan nanti. Merasa mendapatkan angin segar, kepercayaan diri dan optimisme mulai muncul, secara bertahap SOP yang saya buat saya jalankan satu persatu, dengan melobi guru yang siap membantu akhirnya program GMS boleh terlaksana.

 

Finding (Pembelajaran)

Pembelajaran yang diperoleh dari kegiatan aksi nyata ini adalah bahwa dalam membuat dan melaksanakan program harus dirancang dengan sebaik mungkin, program yang di rancang dengan detail, dengan melalui semua tahapan, dapat memperkecil kemungkinan resiko yang terjadi, Dalam menjalankan program kita juga harus percaya diri dan optimis bahwa perubahan dapat terjadi melalui pergerakan. Menjalin komunikasi yang efektif saat berkoordinasi menjadi kunci penting dalam membangun kolaborasi. Program yang berdampak pada murid tanpa terjalinnya kolaborasi adalah suatu hal yang sia-sia. Kolaborasi perlu dibangun baik diantara perencana program, pelaksana, dan penanggung jawab. Banyak hal yang tidak terduga saat anak berkolaborasi, ide-ide baru yang tidak terpikirkan sangat memungkinkan datang dari murid-murid.

 

 

 

Future (Penerapan ke depan)

 

Setelah berkoordinasi dengan KS dan Yayasan program ini  ke depan akan tetap berlanjut, dimana penghijauan akan tetap dilakukan dan tidak akan terhenti sampai di sini, pimpinan (KS dan Yayasan) siap berkolaborasi melakukan perubahan secara bertahap demi kebaikan sekolah, hal ini bukan hanya disebabkan demi kelancaran program CGP namun juga berkaitan dengan PSP. Semoga ke depannya saya bisa merancang program yang berdampak pada murid degan lebih baik lagi yang dapat menjangkau/melibatkan banyak stakeholder, sehingga program tidak hanya berdampak bagi sekolah namun juga masyarakat luas. Dengan demikian tujuan pendidikan yang sesuai filosopi Ki Hadjar Dewantara dapat tercapai. 

Minggu, 03 Oktober 2021

Modul 3.2.a.9 Koneksi Antar Materi


PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Program Guru Penggerak merupakan Program yang diluncurkan oleh Kemdikbud dan pelaksanaannya berada di bawah kontrol Direktorat Jenderal dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK). Program ini merupakan episode ke 5 dalam rangkaian kebijakan merdeka belajar, program ini bertujuan untuk menyiapkan para pemimpin pendidikan Indonesia di masa mendatang, yang mampu mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, proaktif dalam menggerakan guru lain untuk bergerak bersinergis dalam menciptakan pembelajaran yang berpihak kepada murid, mengimplementasikan pembelajaran yang berpihak kepada murid dan menjadi teladan bagi murid, serta menjadi agen perubahan ekosistem pendidikan guna terwujudnya profil pelajar pancasila. 

Berbicara mengenai ekosistem pendidikan tentunya tidak terlepas dari lembaga sekolah, dikarenakan sekolah merupakan ekosistem, sebab di dalam sekolah terdapat interaksi antara faktor biotik (unsur hidup) dengan faktor abiotik (unsur tak hidup).  Adapun yang termasuk faktor biotik dan faktor abiotik di sekolah adalah sebagai berikut

Rabu, 15 September 2021

Modul 3.1.a.9 Koneksi Antar Materi


Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik. 

Teaching kids to count is fine, but teaching them what counts is best

-----------------Bob Talbert-------------------

Quote di atas mengingatkan kita bahwa sebagai pendidik kita tidak hanya mengajarkan teori atau melatih kecerdasan intelektual semata, namun mengajarkan nilai-nilai kebajikan dalam kehidupan jauh lebih berharga. Hal ini sejalan denga filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang tujuan dari pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada diri anak, agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia ataupun anggota masyarakat

Selasa, 07 September 2021

Modul 3.1.a.6 Refleksi Terbimbing

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.

Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.

Etis menurut KBBI adalah sesuai dengan etika, atau sesuai dengan asas perilaku yang disepakati umum. Untuk menjadikan guru sebagai  manusia yang berperilaku sesuai etika atau sesuai asas perilaku secara umum, dapat ditempuh melalui proses pendidikan, salah satunya melalui proses belajar tentang bagaimana menjadi pemimpin pembelajaran yang dapat mengambil keputusan disaat menghadapi situasi dilema etika. Dengan mempelajari bagaimana mengambil keputusan yang baik dalam situasi dilem etika maka kita sudah berupaya menempatkan diri menjadi manusia yang berperilaku etis